Intelgensi adalah keahlian memecahkan masalah dan
kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari, pengalaman hidup
sehari-hari (Santrock).
Konsep intelejensi ini sendiri sering menimbulkan kontroversi dan
debat panas, sering kali sebagai reaksi terhadap gagasan bahwa setiap orang
punya kapasitas umum yang dapat diukur dan dikuantifikasi dalam angka.
Terdapat beberapa
tes intelegensi seperti Tes Binet, Skala Wechsler, dan tes intelegensi
kelompok. Namun di Indonesia, kebanyakan psikolog menggunakan Skala Wechsler
untuk mengukur tes intelegensi seseorang.
1. Tes
Intelejensi Individual
Tes Binet
Binet mengembangkan konsep Mental Age (MA) atau usia mental, yaitu level perkembangan mental individu yang berkaitan
dengan perkembangan lain. Tak lama kemudian, pada 1912 William Stern
menciptakan konsep Intelligence Quotient (IQ), yaitu usia mental
seseorang dibagi dengan usia kronologis (CA), dikalikan 100. Jadi rumusnya
adalah, IQ = MA/CA x 100. Jika usia mental sama dengan usia kronologis, maka IQ
orang itu adalah 100. Jika usia mental di atas usia kronologis, maka IQnya
lebih dari 100. Misalnya, anak 6 tahun dengan usia mental 8 tahun akan punya IQ
133. Jika usia mentalnya dibawah usia kronologis, maka IQ nya dibawah 100.
Misalkan anak usia 6 tahun dengan usia mental 5 tahun akan punya IQ 83.
Skala
Wechsler
Tes ini mencakup Wechsler Preschool and Primary Scale
of Intelligence-Revised (WPPSI-R) untuk menguji anak usia 4 sampai 6 1/2 tahun, Wechsler
Intelligence Scale for Chidren-Revised (WISC-R) untuk anak dan remaja dari
usia 6 hingga 16 tahun, dan Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R). Selain menunjukkan IQ
keseluruhan, skala Wechsler juga menunjukkan IQ verbal dan IQ kinerja. IQ
verbal didasarkan pada 6 subskala verbal, IQ kinerja didasarkan pada 5 subskala
kinerja. Ini membuat peneliti bisa melihat dengan cepat pola-pola kekuatan dan
kelemahan dalam area inteligensi murid yang berbeda-beda (Woolger, 2001).
2. Teori
Multiple Intelligences
Teori Triarkis Sternberg
Menurut teori inteligensi triarkis dari
Robert J. Stenberg (1986, 200), inteligensi muncul dalam bentuk : analitis,
kreatif dan praktis. Inteligensi analitis adalah kemapuan untuk menganilisis,
menilai, mengevaluasi, memandingkan, dan mempertentangkan. Inteligensi kreatif
adalah kemampuan untuk mencipta, mendesain, menciptakan, menemukan dan
mengimajinasikan. Inteligensi praktis fokus pada kemampuan untuk menggunakan,
megaplikasikan, mengimplementasikan, dan mempraktikkan.
Delapan Kerangka
Pikiran Gardner
Howard Gardner ( 1983,
1993, 2002) percaya bahwa ada banyak tipe inteligensi spesifik atau kerangka
pikiran. Kerangka ini dideskripsikan bersama dengan contoh pekerjaan yang
merefleksikan kekuatan masing-masing kerangka (Campbell, Campbell &
Dicksinson, 1999) :
- Keahlian verbal
- Keahlian matematika
- Keahlian spasial
- Keahlian tubuh-kinestetik
- Keahlia musik
- Keahlian intrapersonal
- Keahlian interpersonal
- Keahlian naturalis
9.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi
a. Pengaruh faktor bawaan
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa
individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara,
nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ), orang yang
kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak
yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 – +
0,20 ).
b. Pengaruh faktor lingkungan
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang
dikonsumsi.
c. Stabilitas intelegensi dan IQ
Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu
konsep umum tentang kemampuan individu,
sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi.
d. Pengaruh faktor kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan.
e. Pengaruh faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang
yang mempengaruhi perkembangan intelegensi.
f. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
g. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih
metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah.
Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama
lain. Untuk menentukan intelegensi atau tidaknya seorang individu, kita tidak
dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut, karena intelegensi
adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan
intelegensi seseorang. Ada
banyak aspek dalam hidup yang bisa dinilai untuk mengukur kecerdasan orang
tersebut.
Daftar Pustaka :
Santrock.J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media
Group
http://sutisna.com/artikel/artikel-kependidikan/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-intelegensi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar