Dalam
dunia pendidikan dikenal adanya istilah Pedagogi dan Anrogogi. Apa sih pengertian
dari Pedagogi dan Androgogi? Dan apa aja yang membedakan keduanya?
Nah, saya akan menjelaskan sedikit pengertian
Pedagogi dan Androgogi. Selain itu saya akan menjelaskan perbedaannya dengan
memberikan contoh pengalaman saya sendiri.
Pedagogi
adalah ilmu atau seni dalam mendidik atau mengajar anak-anak. Sedangkan
Androgogi adalah pendidikan atau pembelajaran untuk orang dewasa. Nah di dalam pedogogi pemelajaran disebut anak
didik atau siswa, jadi pedogogi ini kita diterapkan di TK sampai SMA. Di dalam
pedogogi ini guru sebagai sumber utama
dan kontribusi anak sangatlah sedikit didalm proses pembelajarannya.
Sedangkan di dalam Androgogi
pembelajaran itu tidak si debut anak didik lagi tetapi dikenal dengan
warga belajar, proses pembelajaran ini kita jumpai di bangku perkuliahan.
Nah
untuk memahami lebih jelasnya tentang perbedaan pedagogi dan androgogi saya
akan mengkaitkan dengan pengalaman pribadi.
Pedagogi
Setelah
yang saya katakana sebelumnya pedagogi adalah ilmu atau seni dalam mendidik
anak.
Nah, jadi pedagogi ini dijumpai ketika kita masih
anak-anak atau bisa dikatakan ketika kita masih di abngku sekolah baik SD
sampai SMA.
Ketika
saya masih duduk di bangku sekolah, proses pembelajara yang saya terima itu
bersifat dependen. Semua proses belajar di atur dan di buat oleg guru. Sebelum belajar,
guru telah menentukan apa saja tugas yang akan di kerjakan oleh murid-murinya. Dan
murid juga hanya akan mengerjakan apa yang diperintah. Ketika saya masih duduk
di bangku sekolah, proses belajarnya cenderung satu arah, guru menjelaskan di
depan dan murid mendengarkan apa yang di jelaskan oleh guru. Murid menerima
secara mentah semua informasi yang dia dapatkan dari guru. Nah, bisa dikatakan
murid disini seperti kertas putih yang masih bersih dan belum tahu apa- apa
tentang apa yang dipelajari sebelum akhirnya guru memberikan materi pelajaran. di
dalam pedagogi pembelajaran juga hanya berfokus pada isi atau pengetahuan
teknis, misalnya ketika saya masih SD saya tahu semua benda yang di lempar ke
atas akan jatuh ke tanah, tetapi saya tidak tahu apa yang menyebabkan hal itu
terjadi. Ketika saya bertanya kepada guru, guru saya mengatakan bahwa benda
tersebut jatuh ke tanah karena adanya gravitasi bumi. Nah setelah itu ketika
saya melihat buah kelapa jatuh saya tahu itu disebabkan oleh gaya gravitasi. Nah
pengetahuan yang saya dapat hanya sebatas tahu bahwa benda jatuh di atas jatuh
ke tanah karena gaya gravitasi, padahal
saya sendiri belum faham apa itu gaya gravitasi dan bagaimana itu bisa terjadi.
Bisa dikatakan kita tidak bisa belajar atau berpikit out the box.
Selain
itu, ketika kita masih duduk di bangku sekolah semua pengetahuan bersumber dari
guru. Guru menjelaskan dan murid mendengarkan. Guru mendiktekan pelajaran
sedangakan murid mencatat apa yang dikatakan oleh guru. Semuanya di kontrol
oleh guru. Guru menentapkan waktu dan
kecepatan suatu materi. Misalnya ketika saya masih SMP, guru telah menetapkan
waktu kapan harus mencatat, kapan harus mendegarkan dan kapan harus mengerjakan
soal. Dan biasanya dalam pedagogi kita lebih banyak belajar teori – teori dibandingkan
aplikasi. Misalnya kita belajar fisika , mengenai gerak diman kita harus tahu
teori gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan kita hanya belajar mengenai konsep – konsep gerak
tersebut tanpa harus mengetahui kegunaan konsep-konsep tersebut didalam
kehidupan sehari-hari.
Androgogi
Nah, Sekarang mengenai pembelajaran Anrogogi. Pembelajaran
Androgogi mulai saya dapatkan di perkuliahan. Jika dalam pedogoi pembelajaran
disebut siswa atau anak didik, di dalam androgogi pembelajar disebut warga
belajar. Di perkulihan lebih dikenal dengan “mahasiswa.”
Di androgogi, gaya belajar bersifat
independen. Warga belajar bebas belajar dengan teknik apa saja tandap
ditetapkan oleh pendidik. Misalnya di bangku perkulihan saya bebas belajar
dengan cara apa saja yang membuat saya nyaman dan mudah untuk menyerap
pelajaran. Saat perkulihan berlangsung dosen tidak menoton hanya
menjelaskan/ceramah saja, tetapi juga ada feedback yang diberika oleh
mahasiswanya. Kita tidak hanya disuruh
untuk mendengarkan ceramah tetapi kita juga punya waktu untuk menjelaskan/
ceramah di depan secara bergantian. Dosen tidak memaksakan mahasiswanya untuk
diam dan mendengarkan penjelasnnya, mahasiswa bebas mau mendengarkan atau
tidak, yang penting mereka dapat mengerti materi yang di bawakan oleh dosen dan
tidak mengganggu proses perkuliahan. Sumber pembelajaran tidak hanya berfokus
pada pendidik. Warga juga ikut berkontribuse. Misalnya mahasiswa ikut secara
aktif menyelesaikan masalah yang ada saat perkuliahan. Semua memiliki kontrbusi
untuk saling berbagi ilmu.
Tujuan
pembelajaran juga fleksibel, misanya ketika saya mengikuti pelatihan kepeminpinan
banyak pelajaran yang dapat saya ambil. Di samping untuk melatih kepeminpinan
sendiri saya juga dapat games yang seru, bisa
lebih dekat dengan teman-teman juga, bisa dapat jalan-jalannya
bersenang-senang, menguji adrenalin
juga. Hehehehe…….
Nah,
jadi dalam andragogi warga belajar aktif untuk terlibat dan berkontibusi selama
proses pembelajaran. Dan pengalama-pengalaman warga belajarnya juga sangat
penting dalam proses pembelajaran. Selain itu belajar telah berpusat pada
masalah kehidupan nyata. Misalnnya kita belajar mengenai psikologi pendidikan,
kita mempelajari banyak teori-teori dan kita juga di libatkan untuk mengobservasi
pendidikan anak. Selain itu di mata kuliah psikologi perkembangan, kita juga
mempelajari tahap-tahap perkembangan anak dan kami juga dilibatkan untuk
mengobservasi perkembngan anak di salah satu TK. Jadi pada androgogi pusat
belajar bukan hanya teoritis saja tetapi sudah masuk ke dalam kehidupan nyata.
Itulah
sedikit penjelasan pedogogi dan androgogi
dari saya dan sedikit penjelasan yang saya kaitkan dengan pengalaman
pribadi saya…..
good luck ^_^
good luck ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar